![]() |
| Para petugas SPPG di Kota Tasikmalaya, mengikuti kegiatan Bimtek Pemenuhan Gizi untuk Pencegahan Stunting yang diselenggarakan oleh BGN, Sabtu (6/12), di Kota Tasikmalaya. |
Para peserta asal 77 SPPG di Kota Tasikmalaya. Terdiri ketua dan ahli gizi SPPG. Membuka kegiatan bimtek, Deputi Bidang Penyediaan dan Penyaluran BGN, Brigjen (Purn) Suwardi Samiran S.Sos MM.
Di hadapan para peserta, Brigjen Suwardi menerangkan, upaya menekan prevalensi stunting merupakan program priortas pemerintah saat ini. Untuk menyiapkan generasi sehat, generasi Indonesia Emas 2045.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan linier (tingi badan) pada anak balita akibat kekurangan asupan gizi kronis, atau penyakit infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Program pemberian makan bergizi gratis diperankan pemerintah salah satunya untuk turut menekan angka stunting, melalui intervensi gizi spesifik, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat, hingga pemantauan, evaluasi, dan koordinasi lintas sektor.
Brigjen (Purn) Suwardi yang juga menjadi pemateri bimtek, mengingatkan soal pentingnya koordinasi lintas sektor jajaran di SPPG dalam rangka menyukseskan program.. Secara umum sudah berjalan cukup baik, meski masih perlu ditingkatkan sampai hasilnya lebih maksimal.
"Jangan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukan. Karena target kita menekan prevalensi stunting secara signifikan", pintanya kepada jajaran tenaga di SPPG di Kota Tasikmalaya.
Pada saat ditanya seusai jadi pemateri bimtek, ia pun mengarahkan tentang menu SPPG mengedepankan ragam produk kearifan lokal. Hindari pakai produk impor yang tidak sesuai kebutuhan lokal.
"Menu disesuaikan dengan kearifan lokal namun yang penting lebih penting juga memenuhi standar kecukupan gizi. Boleh beragam namun sesuai ketentuan", paparnya.
Masih terbatas jangkauan
Pemateri berikutnya dalam bimtek, Imin Muhaemin, kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Tasikmalaya. Sempat disitirnya, angka prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya mengalami sedikit kenaikan. Berdasar evaluasi terbaru kenaikan itu semula 10,85% menjadi 12,61%.
Salah satu penyebabnya, lanjut Imin, masih terbatasnya jangkauan pemberian asupan gizi rutin kepada balita dan baduta berisiko stunting. Ia pun menyambut peran SPPG yang diarahkan. Dengan integrasi program MBG, harapannya, dapat membantu 5.011 anak stunting yang perlu perhatian.
Masih pernyataan Imin, pihaknya merasa terbantu program MBG. Karena dengan kegiatannya anak-anak bisa mendapat asupan gizi secara rutin. "Ini bukan program murah, dampaknya sangat besar. Mudah-mudahan bersama peran SPPG ini terprioritaskan secara berkelanjutan balita dan baduta stunting", sebutnya. gus




0Komentar