![]() |
| Kantor DKP3 di Jl Leuwidahu Kota Tasikmalaya. |Dok Tasikplus.com |
Tasikplus.com-Kota Tasikmalaya tampak terus berkembang. Menunjukkan atmosfer
pertumbuhan kotanya yang melebar. Namun di spot-spot lain potensi daerahnya pun
masih terpelihara sektor primer, subsektor ekonomi berbasis pertanian. Dan, itu
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya.
Visi pemerintahannya saat ini, menjadikan Kota Tasikmalaya sebagai
daerah industri, jasa, dan perdagangan. Berdasar aset daerah yang masih punya
eksistensi, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Peternakan (DKP3) Kota
Tasikmalaya, bertekad terus pertahankan potensi itu.
Sekilas dengan data potensi sektor primer antara lain masih
eksistensinya kelompok-kelompok tani, mulai ikan, hewan ternak ekor, unggas,
sapi perah, sayuran, dan tentunya padi. Sebaran usaha tani ini ada di wilayah
kecamatan berbeda-beda.
Kepala DKP3 Kota Tasikmalaya Hj Ely Suminar MP, meyakini eksistensi
usaha-usaha rakyat itu sebagai aset daeah, dalam kelompok UMKM. Sehingga tekad
dinasnya terus akan membina warga pelaku usaha di dalamnya. “Ini soal potensi
ekonomi lokal, lahan usaha sekaligus pemenuh kebutuhan konsumsi warga”,
ujarnya.
Menjadi pilihan saat ini tekad DKP3 akan fokus melancarkan pembinaan
terhadap kelompok tani yang sudah ada. Dalam berbagai pengelolaan usaha
pertanian itu. Poktan baru diharapnya terus memperkuat kehadirannya. Komitmen itu
jadi bagian usaha DKP3 perkuat potensi yang sudah berjalan.
“Sementara ini akan kita lebih perhatikan kelompok-kelompok tani yang sudah
ada. Guna menguatkan keberlangsungannya”, jelas Hj Ely. Tekad itu pun jadi
bagian dari langkah dinas ini menjabarkan program Pelak (penguatan
kewirausahaan lokal) dalam program prioritas pemkot Tasikmalaya 2025-2029.
Di sisi lain terdapat prospek bagi kepentingan pasar petani sekarang
berkenaan hadirnya dapur-dapur program MBG. Aspek kelembagaan usaha tani
penting dapat perhatian. “Saat ini kita melihat ada prospek pasar dengan
dapur-dapur MBG yang itu bisa jadi peluang kerja sama pemasaran”, paparnya.
Di jenis-jenis komoditas sayuran, seperti kacang panjang, mentimun, dan
kebutuhan bumbu-bumbuan misal bawang, jelas jadi komoditas yang ada di
pertanian Kota Tasik. Bahan pangan itu dibutuhkan SPPG. “Setelah dipacu
produksinya tinggal ke depan bagaimana kerja sama dapat memenuhi standar
pemesanan yang berlaku di SPPG”, optimistis Hj Ely.
Di antara jenis usaha pertanian-peternakan yang ada di kota ini berdasar
catatan, eksis halnya usaha ternak perikanan. Menurut Hj Ely, usaha perikanan masuk
rumpun pertanian. Lainnya, ada aktivitas usaha ternak sapi, domba, kambing,
kerbau bahkan kuda. Aktivitas usaha rakyat ini bersebaran beragam dalam 10
wilayah kecamatan yang ada di Kota Tasik.
Khusus di jenis ternak perikanan, terbanyak pembudidayaan perikanan
kecil. Pengelolaan usaha ini antara lain di Kecamatan Indhiang, Bungursari,
Purbaratu, Kecamatan Cibeureum. Jumlah petani ini terhimpun dalam 436 kelompok
pembudidaya ikan (pokdakan), lalu di usaha pengolahnya ada 16 kelompok. Jenis
ikan ternaknya antara lain, nila, lele, gurami.
Peternakan sapi perah ada di 6 Kecamatan Kawalu, Tamansari, Indihiang,
Bungursari, totalnya 202 ekor. Sapi potong itu ada di 10 kecamatan dengan total
populasi sebanyak ada 2.686 ekor. Masih ada juga ternak kerbau di 9 kecamatan
dengan total populasi 671 ekor. Ternak kambing cukup banyak, ada di 10 kecamatan
berjumlah populasi 3.355 ekor
Yang lainnya pemelihara ternak kuda, ada di 9 kecamatan total populasinya 442 ekor. Lantas, ternak domba yang tak kalah masih cukup besar dengan angka populasinya saat ini 13.354 ekor. Untuk populasi ternak unggas, dimulai ayam buras, petelur, pedaging, itik, sampai burung puyuh, menyebar di hampir seluruh wilayah kecamatan. red/adv




0Komentar