Wakil Menteri Kementerian Pendidikan Dr Fajar Riza Ul Haq, mengingatkan lulusan kampus adaptif, belajar sepanjang hayat di acara Wisuda Umtas XIV.
Tasikplus.com-Tercatat 425 orang wisudawan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas), Rabu (14/10), menandai puncak kelulusan. Mengikuti seremoni Wisuda XIV Umtas Periode Oktober Tahun 2025 dalam prosesi Sidang Terbuka Senat Umtas.
Mereka lulusan tahun akademik 2024/2025. Terdiri jenjang diploma III (107 orang), profesi Ners dan Pendidikan Profesi Bidan (95 orang), dan jenjang sarjana (313 orang). Acara wisuda di Graha Plaza Asia,
Membuat momen wisuda menjadi cukup istimewa. Beberapa petinggi dari Jakarta hadir dalam wisuda. Terdiri anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah SE MM, Wakil Menteri Dikdasmen Kementerian Pendidikan Dr Fajar Riza Ul Haq MA, unsur pimpinan Majelis Dikti PP Muhammadiyah.
Tampak juga Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi, unsur pimpinan LL DIKTI Wilayah IV, DPW Muhammdiyah Jabar, para pimpinan perguruan tinggi di Priatim, organ BPH Umtas, beberapa perwakilan lembaga mitra Umtas. Tentunya para orangtua wisudawan.
Mengawali pidato wisuda dengan ucapan selamat kelulusan kepada para wisudawan, Rektor Umtas Neni Nuraeni berpesan kepada para wisudawan untuk terus banyak belajar. "Wisuda menandai puncak dari perjuangan panjang. Namun, ini juga adalah awal perjalanan baru", katanya.
Gunakan ilmu bukan untuk kesombongan. Melainkan untuk pengabdian. Jadilah intelektual yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing global, sembari tetap ngarasa jeung ngahormat kana budaya sorangan. Membumi dalam nilai kemanusiaan dan keislaman.
Mengabdi tak mengenal status. "Ngabdi ka masyarakat téh lain kudu gedé pangkat, tapi gedé haté.' Mengabdi bukan soal jabatan, tapi ketulusan hati", ujar rektor Umtas.
Kemampuan beradaptasi
Wakil Menteri Dr Fajar Riza saat memberi sambutan mengingatkan para wisudawan, kini memasuki awal fase baru. Semua dituntut untuk mengamalkan apa yang pernah dipelajari di kampus.
Di fase berikutnya ini dalam dunia yang lebih luas, bekal tidak cukup hanya kecerdasan, tidak hanya pengetahuan yang dapat dipertaruhkan. Tetapi yang tidak kalah penting adalah soal karakter, soal mentalitas
Hari ini adalah era ditandai fase teknologi berkembang luar biasa. Bahkan, orang mengatakan ini adalah era kecerdasan buatan atau artifisial intelijen (AI), dan itu punya konsekuensi yang luar biasa terhadap semua sektor kehidupan manusia.
"Konsekuensi termasuk bagi kita semua di lembaga pendidikan. Tentunya lagi bagi adik-adik, memasuki dunia kerja dalam realitas perkembangan teknologi yang salah satunya adalah kecerdasan buatan. Itu mendorong perubahan di dunia kerja, menuntut perubahan perilaku kita, menuntut mindset kita", bebernya.
Jadi, sambungnya, kalau para wisudawan kerja besok itu hanya mengandalkan transkrip nilai atau selembar ijazah, itu masih kurang. Bahkan, mungkin ada sebagian ilmu yang dipelajari di kampus, sudah tergantikan oleh mesin cerdas atau kecerdasan buatan
"Yang dibutuhkan dalam dunia kerja hari ini itu adalah soal kemampuan kita untuk beradaptasi dan belajar cepat. Ilmu yang dipelajari di kampus ini begitu masuk dunia kerja bisa berubah sangat cepat. Bahkan mungkin ada sebagian ilmu yang dipelajari di kampus sudah tergantikan mesin kecerdasan buatan", bahasnya.
Pesan wakil menteri berikutnya, bagaimana bisa beradaptasi, belajar cepat hari ini, seraya mengaku dirinya pun sama harus menjadi seorang pembelajar yang cepat. Lalu, komitmen yang itu juga sudah jadi ajaran dalam agama untuk mengisi hidup ini belajar sepanjang hayat. gus
0Komentar