Tasikplus.com-Menjadi tugas anggota legislatif, menyerap-tampung aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Untuk kemudian masukan itu disikapi pemerintah melibatkan OPD terkait di ragam sektor.
Tanggung jawab ini diterapkan Wakil Ketua Dewan Kota Tasikmalaya, Wahid SPd, di banyak kesempatan. Tak terkecuali itu seperti ia jalankan di momentum dua hari perayaan Hari Tani Nasional ke-65/2025 tingkat Kota Tasikmalaya.
Perayaan Hari Tani berlangsung Rabu-Kamis (24-25/9). Dikonsentrasikan di area Pusat Pengembangan Industri dan Kerajinan (PPIK) Kota Tasikmalaya. Dalam kegiatan antara lain diisi pamerkan ragam produk lokal usaha pertanian, sarasehan, dan inovasi kelompok tani.
Di akhir sesi seremoni pembukaan, wakil ketua Dewan Kota Tasik ini tampak bertahan. Ia meneruskan sambangi tiap lapak/stan pameran/expo produk pertanian. Tak sekadar mampir bincang. Namun di hampir lapak ia angguki (beli) tawaran penjual produk.
“Berusaha berbincang, mendatangi langsung mendengar apa yang mereka sampaikan, rasanya kita cukup dapat masukan seperti apa kondisi, harapan, dan tantangan usaha yang dialami mereka”, jawab Wahid saat ditanya di sela jalan dari lapak ke lapak itu.
Tak kalah diakui Wahid, cara itu efektif sebagai momen serap atau jaring aspirasi. Terlebih fokusnya terhadap mereka yang berada dalam wilayah-wilayah bina di dapilnya. Memanfaatkan satu ajang kegiatan, sitirnya, bisa menyapa dan tanya banyak orang.
Merujuk pada data, legislator asal PKB ini menyatakan, sektor pertanian di Kota Tasikmalaya menjadi bidang garap yang semestinya mendapat perhatian lebih pemerintah daerah. Argumennya, lahan garap pertanian yang masih luas di Kota Tasikmalaya. Melibatkan banyak warga di dalamnya.
Masukan yang ia serap halnya, dunia pertanian lokal/daerah belakangan dihadapkan tantangan produk impor yang makin maju. Kemampuan akses pasar terbatas. Sumber daya pelakunya yang makin menyusut. Rata-rata kepemilikan lahan yang kian menyempit.
Di antara masukan (aspirasi) paling tren kini adalah kebutuhan penyempurna alat aktivitas kerja berupa peralatan mesin olah lahan, olah hasil produksi, alat kemas, serta aspek pemasaran.
Konteks kebutuhan itu sempat diibaratkannya menggarap sawah hari ini yang sudah agak sulit pekerja, misalnya digantikan mesin traktor. Intervensi teknologi, modernitas perangkat kerja, jadi kebutuhan stimulasi untuk bisa bertahan sebelum akhirnya bisa bersaing.
Wahid bertekad mengupayakan tantangan usaha petani untuk dapat perhatian. Ia mendapati beberapa masukan yang itu kebanyakan harus jadi garapan mitra kerja pada OPD teknis pemerintahan Kota Tasikmalaya.
Sementara, berdasar data di Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya, potensi sektor pertanian kota ini masih sangat besar. 65% wilayah Kota Tasikmalaya terdiri lahan pertanian dengan luas 11.298 hektar.
Dari luasan itu, 4.831 hektar di antaranya lahan sawah dan 6.467 hektar lahan bukan sawah. Areal ini menjadi lahan aktivitas petani di Kota Tasikmalaya dalam jumlah 37.762 orang, mereka terhimpun dalam 722 kelompok tani dan 64 gapoktan. red/adv
Dari luasan itu, 4.831 hektar di antaranya lahan sawah dan 6.467 hektar lahan bukan sawah. Areal ini menjadi lahan aktivitas petani di Kota Tasikmalaya dalam jumlah 37.762 orang, mereka terhimpun dalam 722 kelompok tani dan 64 gapoktan. red/adv
0Komentar