Para Siswa Jenjang SMA/SMK di Garut Hadiri Kampanye Cegah Tindakan Kekerasan & Pernikahan Dini

Tasikplus.com-Menyasar kalangan pelajar. Dua lembaga menggelar Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Kegiatan itu berlangsung pada tanggal 14 Agustus 2025, di wilayah  Kabupaten Garut. 

Kedua lembaga penyelenggara yakni, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut. 

Kegiatan yang dikonsentrasikan di SMAN 6 Garut ini, seperti mengemuka dalam acara, bertujuan meningkatkan pemahaman serta kesadaran peserta didik mengenai pentingnya perlindungan anak, kesehatan reproduksi remaja, serta pencegahan kekerasan dan pernikahan usia dini. 

Program kampanye ini menyasar 10 sekolah jenjang SMA/SMK dan MA di Kabupaten Garut, antara lain siswa SMAN 15 Garut, SMKN 1 Garut, SMKN 12 Garut, SMAN 6 Garut, SMK YPPT, SMAN 11 Garut, MAN 2 Garut, dan SMKN 2 Garut.

Acara kampanye di SMAN 6 Garut itu dihadiri Kepala DP3AKB Provinsi Jawa Barat, dr Siska Gerfianti Sp.DLP MH.Kes, Wakil Bupati Garut drg Luthfianisa Putri Karlina MBA dan perwakilan Kejaksaan Negeri Garut Bimo Mahardika. 

Kegiatan diawali dengan senam pagi bersama seluruh peserta yang dipandu oleh instruktur senam, menciptakan suasana segar penuh semangat dan mempererat kebersamaan seluruh peserta sebelum memasuki inti kampanye. 

Keberanian bersuara
Wakil Bupati Garut, drg Luthfianisa Putri Karlina MBA, sebelumnya membuka acara. Dalam amanatnya, ia mengajak siswa menjadi pelopor perubahan sekaligus agen pencegahan kekerasan.

“Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi ruang pembentukan karakter dan nilai kemanusiaan. Kita ingin generasi penerus yang cerdas, berempati, menghargai perbedaan, dan menolak segala bentuk kekerasan,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya keberanian bersuara jika menjadi korban atau menyaksikan kekerasan. “Jangan diam. Laporkan. Dengan berbicara, kita bisa mencegah lebih banyak korban”, pintanya. 

Harus dilawan
Di kesempatan sama, dr Siska Gerfianti mengungkapkan berbagai bentuk kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan remaja, mulai dari kekerasan fisik, verbal, emosional, hingga kekerasan berbasis gender. 

"Kekerasan sekecil apa pun tidak boleh dianggap wajar. Jangan menormalisasi kekerasan atas nama pergaulan, candaan, atau tradisi. Semua bentuk kekerasan harus dilawan,” tegasnya.

Selebihnya ia memperkenalkan kembali konsep Panca Waluya, nilai luhur yang menjadi bagian dari program pembangunan karakter remaja di Jawa Barat yaitu, Cageur, Bageur, Bener, Jujur, dan Pinter.  

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dari Perwakilan Kejaksaan Negeri Garut, Bimo Mahardika; Kepala SMAN 6 Garut, Saepuloh dan Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Garut, Yayan Waryana. 

Materi yang disampaikan mengenai perlindungan hukum di satuan pendidikan; peranan penting sekolah sebagai ruang pembentukan karakter, penanaman nilai kemanusiaan, dan penguatan budaya anti kekerasan di kalangan peserta didik; serta Penyelenggaraan Kabupaten Layak Anak yang mengamanatkan sekolah sebagai lingkungan bebas kekerasan. red
 

0 Komentar