Menghadiri acara, unsur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jabar dan PDM Kota Tasikmalaya, pejabat yang mewakili Pj wali kota Tasikmalaya, para pimpinan ortom Muhammadiyah, unsur Muspika Tamansari, kalangan tokoh/pemuka, dll.
Rektor Umtas, Neni Nuraeni, dalam sambutan di depan yang hadir memenuhi Graha Umtas antara lain mengungkapkan, hingga di usia ini pihaknya masih fokus dengan tata kelola yang merupakan tonggak dari pengelolaan perguruan tinggi (PT).
Terus fokus supaya berjalan efektif dan efisien. Berkomitmen jalankan good univercity government. Jika tidak jalankan itu akan tertinggal. Dalam kaitan itu juga, pintanya, perlu dukungan, sokongan, kerja sama, dan komitmen bersama segenap civitas akademika, hingga pihak-pihak lainnya.
Tantangan terberat sekarang adalah mampu meningkatkan kualitas, sebagai tututan zaman ditandai perkembangan ilmu dan pengetahuan yang tidak mungkin umtas hanya berdiri seperti saat ini saja.
“Tapi kita harus berkembang lebih baik lagi. Akreditasi unggul dan mudah-mudahan naik dari saat ini, Baik Sekali, menjadi Unggul di 2025”, tekadnya.
Menjadi tema milad sekaligus tagline umtas kali ini dengan “Fast and Precious”. Menurut Neni, bagaimana di sini berlangsungnya kecepatan di segala bidang, ingin memberikan sesuatu yang baik, berkontribusi yang bernilai, mencerdaskan, memajukan, mencerahkan.
Dua teori keunggulan
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Umtas, Prof Dr Yadi Janwar, yang juga memberi sambutan atas nama PWM Jabar, menilai keberadaan kampus berusia sembilan tahun, ibarat seorang manusia atau perempuan yang baru memasuki usia balig.
Ketika melihat kampus-kampus besar, termasuk yang ia sebut di lingkup Muhammadiyah, rata-rata mereka itu sudah melewati usia 40 tahun. Ia pun memberikan solusi-solusi guna memacu akselerasi Umtas dapat cepat menyamai PT lain.
Ada dua teori, sambung Prof Yadi, yang bisa dijadikan dasar pijakan merumuskan model pengembangan, yakni teori keunggulan komparatif, bagaimana di sini menarik satu perbandingan dari beberapa PT yang sudah ada. Lalu, melakukan modifikasi dan efisiensi-efiensi.
Kemudian, teori kompetitif, bagaimana memunculkan peluang-peluang keunggulan di dalam kampus, yang kemudian dapat mendongkrak keunggulan sekaligus kehebatan kampus dari potensi atau peluang yang ada di dalam kampus.
Misal, menghadirkan praktik pengelolaan satu industri hingga ke berupa contoh perbengkelan atau minimarket yang dapat berkontribusi bagi warganya, bagi keuntungan kampusnya juga.
Rektor Umtas, Neni Nuraeni, dalam sambutan di depan yang hadir memenuhi Graha Umtas antara lain mengungkapkan, hingga di usia ini pihaknya masih fokus dengan tata kelola yang merupakan tonggak dari pengelolaan perguruan tinggi (PT).
Terus fokus supaya berjalan efektif dan efisien. Berkomitmen jalankan good univercity government. Jika tidak jalankan itu akan tertinggal. Dalam kaitan itu juga, pintanya, perlu dukungan, sokongan, kerja sama, dan komitmen bersama segenap civitas akademika, hingga pihak-pihak lainnya.
Tantangan terberat sekarang adalah mampu meningkatkan kualitas, sebagai tututan zaman ditandai perkembangan ilmu dan pengetahuan yang tidak mungkin umtas hanya berdiri seperti saat ini saja.
“Tapi kita harus berkembang lebih baik lagi. Akreditasi unggul dan mudah-mudahan naik dari saat ini, Baik Sekali, menjadi Unggul di 2025”, tekadnya.
Menjadi tema milad sekaligus tagline umtas kali ini dengan “Fast and Precious”. Menurut Neni, bagaimana di sini berlangsungnya kecepatan di segala bidang, ingin memberikan sesuatu yang baik, berkontribusi yang bernilai, mencerdaskan, memajukan, mencerahkan.
Dua teori keunggulan
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Umtas, Prof Dr Yadi Janwar, yang juga memberi sambutan atas nama PWM Jabar, menilai keberadaan kampus berusia sembilan tahun, ibarat seorang manusia atau perempuan yang baru memasuki usia balig.
Ketika melihat kampus-kampus besar, termasuk yang ia sebut di lingkup Muhammadiyah, rata-rata mereka itu sudah melewati usia 40 tahun. Ia pun memberikan solusi-solusi guna memacu akselerasi Umtas dapat cepat menyamai PT lain.
Ada dua teori, sambung Prof Yadi, yang bisa dijadikan dasar pijakan merumuskan model pengembangan, yakni teori keunggulan komparatif, bagaimana di sini menarik satu perbandingan dari beberapa PT yang sudah ada. Lalu, melakukan modifikasi dan efisiensi-efiensi.
Kemudian, teori kompetitif, bagaimana memunculkan peluang-peluang keunggulan di dalam kampus, yang kemudian dapat mendongkrak keunggulan sekaligus kehebatan kampus dari potensi atau peluang yang ada di dalam kampus.
Misal, menghadirkan praktik pengelolaan satu industri hingga ke berupa contoh perbengkelan atau minimarket yang dapat berkontribusi bagi warganya, bagi keuntungan kampusnya juga.
0 Komentar