H Ahmad Suparman |
Menyebut unit kelembagaan ini, nyatanya Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga. Bidang Pemuda dan Olahraga, demikian yang dimaksud. Ketika di daerah kebanyakan mengindentikkan urusan olahraga ada di luar struktur dinas atau lebih akrab dengan nama satu organisasi non-goverment. Tak cukup populer eksistensinya, tak banyak yang tahu kiprah utama dari bidang ini.
Menyebut nama Dinas Pariwisata, di benak masyarakat sangat familiar yang muncul dengan mengidentikkan lembaga yang mengurusi atau mengelola kepariwisataan dan kabudayaan. Yang keungkap kemudian lagi, tak kalah peran Bidang Pemuda dan Olahraga untuk memasilitasi pembinaan, penyediaan sarana olahraga, hingga mendorong lahirnya atlet-atlet berprestasi.
Dalam satu obrolan dengan Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disporabudpar Kota Tasikmalaya, H Ahmad Suparman SSTP MSi, diyakinkan ia seputar kelembagaan bidang ini yang tak kalah penting, terutama berkenaan dengan pembinaan kepemundaan dan olahraga. Bahkan kini, orientasinya tengah mengupayakan dapat even besar.
Even itu bisa terlaksana di Kota Tasikmalaya, yakni Porda Jabar di tahun 2022. Urgensi pelaksanaan even diperjuangkan, tak lepas dengan harapan mengontribusi kegiatan pembinaan atlet daerah, kemudian memberi efek sosial lain, baik secara ekonomi serta pemenuhan sarana prasarana olahraga.
Pejabat ini penuh harap, keberlangsungan even porda mendatang di Kota Tasik. Upaya-upaya daerah terus diarahkan. Seperti apa detail perbincangan Tasikplus bersama sosok yang juga menjabat sebagai ketua PSSI Kota Tasikmalaya ini, berikut petikan singakatnya :
Bidang Pemuda dan Olahraga di Disporabudpar, tak banyak yang cukup tahu kiprah jobnya. Seperti apa saja garapan utama bidang ini?
Beberapa garapan utama bidang ini, di antaranya kegiatan fasilitasi kepemudaan, pemberdayaan pemuda, kegiatan olahraga kepemudaan dan kemasyrakatan, juga berkaitan dengan tugas kepemudaan, baik itu karang taruna, dan lainnya. Untuk garapan olahraganya, selain mendukung program nasional, seperti pembinaan prestasi atlet tingkat pelajar, dengan menggelar kegiatan Pekan Olahraga Pelajar, Pekan Olahraga Pesantren bagi para santri, dan Olahraga Tradisional untuk anak-anak tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Bahkan, kini tengah jadi keinginan atau cita-cita, agar Kota Tasik bisa jadi tuan rumah pada pelaksanaan Pekan Olahraga (Porda) Jawa Barat pada tahun 2022. Sebagai upaya mewujudkannya, harus diperlihatkan mulai dari sekarang, dalam keterlibatan kita juga di Porda Kab. Bogor, yang akan digelar pada Oktober mendatang.
Ketika keinginan untuk menjadi tuan rumah porda sangat begitu kencang, bagaimana dengan ketersedian sarana prasarana penunjangnya?
Tentu kita akan fasilitasi sarana dan prasarana olahraga yang ada saat ini. Kita sudah punya kompleks Dadaha. Tinggal kita maksimalkan apa yang kita punya, dengan melakukan perbaikan, juga peningkatan sarana prasarana sesuai dengan regulasi. Selain pemenuhan sarana prasarana, ada beberapa persyaratan lainnya yang harus dipenuhi, mulai dari kelembagaan, dan SDM, sebagaimana SDMnya yang harus memiliki basic olahraga. Untuk itu, kita kerja sama dengan IGORA, pengurus Cabor, para pelatih atlet, pegiat olahraga dan lainnya.
Dari sisi kelayakan sarana prasana yang tersedia saat ini, seperti apa?
Kebetulan sarana prasana yang ada saat ini, sudah dilakukan peninjauan langsung oleh tim dari KONI Jabar, Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Barat. Beberapa di antaranya dinyatakan layak. Meski dengan catatan perlu untuk diperbaiki. Selain itu, kita juga didukung oleh daerah tetangga, KabGarut, Kab. Tasik, Ciamis, Banjar, dan Kab.Pangandaran. Untuk vanue yang tidak tersedia di Kota Tasik akan menggunakan yang berada di daerah tetangga. Tapi tetap kegiatannya terpusat di Kota Tasik. Untuk kekurangan vanue dalam empat tahun, janji pimpinan akan dipenuhi sesuai dengan standar yang dipersyaratakan oleh KONI.
Vanue apa saja yang sudah dinyatakan layak?
Karena hasil catatan teknis dari KONI Jabar langsung ke KONI kota Tasik, jadi kita belum mengetahui data pastinya. Yang kebetulan sudah dicek, sirkuit Bukit Peusar, sudah layak karena pernah di gunakan PON, Stadion Dadaha, GOR Bulutangkis, basket, dan arena beladiri. Untuk vanue lainnya seperti pacuan kuda, bisa menggunakan yang di Pangandaran, itu sudah berstandar nasioanl, cabor BMX di Ciamis, Senam dan Dance di Garut, dan mudah-mudahan di Kab.Tasik juga, stadionnya segera selesai. Kalau jadi ditunjuk sebagai tuan rumah, sebagai panitia bersama, nanti kab/kota di priatim, KONI dan Dispora Jabar akan berembuk kembali, untuk membahas soal kesiapan vanue. Setiap pemerintah daerah akan fokus pada garapan pemenuhan vanue sesuai dengan yang disepakati. Pusatnya tetap di Kota Tasik. Kaitan dengan penginapan dan sebagainya.
Berapa cabor yang nantinya digelar di Kota Tasik?
Sementara ini belum bisa memastikan berapa-berapanya. Mungkin nanti kalau sudah resmi ditunjuk sebagai tuan rumah, baru dibahas lagi berkenaan dengan hal tersebut.
Lalu bagaimana dengan dukungan anggarannya?
Mungkin nanti kalau sudah resmi ditunjuk sebagai tuan rumah, baru terlihat. Kan ada waktu empat tahun untuk melengkapinya. Jadi, selama kurun waktu tersebut sarana prasana yang perlu dipenuhi terus dipacu. Karena tidak mungkin juga bisa selesai dalam satu tahun anggaran. Mudah-mudahan pusat dan provinsi pun turut membantu dengan memberikan dukungan anggaran.
Dari tadi berbicara soal ketersediaan sarana prasarana. Lalu, bagaimana dengan kesiapan atletnya?
Melihat potensi yang ada, cukup meyakinkan mampu memperoleh hasil positif. Mudah-mudahan target masuk 10 besar dapat tercapai. Kita memiliki beberapa cabor potensial, angkat berat, roadrace, beladiri, atletik, sepeda, dan beberapa cabor andalan lain. Pembinaan para atlet di masing-masing cabor juga sudah maksimal.
Di tengah sapras yang belum memadai sepenuhnya, bagaimana dengan proses pencarian bibit para atlet?
Berbicara soal ketersediaan sarana prasarana, tentu tidak harus ideal. Sebetulnya, lahan sekecil apapun bisa dimanfaatkan sebagai sarana olahraga masyarakat. Untuk mencari bibit berprestasi, banyak atlet berprestasi yang lahir dari keterbatasan sarana prasana. Justru dari keterbatasana itulah, yang mendorong semangat mereka untuk menunjukan bakat terbaiknya. Karena potensi itu adalah sebuah anugrah, yang tidak dimiliki semua orang. Belakangan juga banyak pihak swasta yang menggelontorkan dana CSR mereka untuk mencari bibit atlet yang memiliki keterbatasan sarana prasarana, tapi potensial.
-------------
Oleh: pid
0 Komentar