Prof Abdul Mu’ti Isi Tablig Akbar Milad Umtas Ingatkan Beberapa Hal Reformasi Kampus ke Depan

Jajaran civitas kampus Umtas dan organisasi penaungnya, menghadiri tablig akbar sambut Miad Umtas Ke-9, Rabu (10/1). Menghadirkan pemateriSekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr H Abdul Mu'ti M.Ed.
Tasikplus.com - Rangkaian menyambut puncak perayaan Milad Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas) ke-9, pada Rabu (10/1/24), di Graha Umtas, berlangsung agenda tablig akbar. Menghadirkan penceramah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Abdul Mu’ti M.Ed.

Hadir dalam acara perwakilan PWM Jabar, PDM Kota Tasikmalaya, jajaran di BPH Umtas, rektor beserta para wakil rektor, dekan, ketua jurusan, para dosen, tendik, serta perwakilan mahasiswa. Mengawali acara, ada ucapan selamat datang dari Ketua BPH Umtas, Prof Dr Yadi Janwar,

Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Umtas, Prof Dr Yadi mengemukakan, di kampus Umtas saat ini tengah dilancarkan langkah-langkah akselerasi, selaras pengembangan perguruan tinggi (PT) Muhammadiyah di Jawa Barat untuk menjadi perguruan-perguruan tinggi besar seperti di wilayah Jateng.

Ia mengaku optimistis dengan kampus Umtas dalam lima tahun ke depan lebih besar lagi, dalam obsesi bermahasiswa 10 ribu orang. Tentunya dengan dukungan sarana prasarana, program dan SDM yang lebih dari sekarang.

Saat menyampaikan materi, Prof Abdul Mu’ti mengajak tentang beberapa hal yang perlu dilakukan untuk reformasi kampus ke depan, antara lain feeling the blank, mengisi yang kosong. Apa yang sesungguhnya belum diberikan oleh kampus lain yang itu diperlukan masyarakat, Umtas bisa mengisinya.

Ada tagline Umtas “Fast and Precious” yang digarisbawahi Prof Mu’ti, bagaimana kampus ini tidak sekadar bergerak from good to better and best, tapi from good to great. “Tapi tentu saja harus bersama-sama dengan PDM, PWM, ya PP juga bisa meniup-niup dari jauh”, ujarnya.

Umtas mungkin bisa punya daya tarik lain di luar yang sifatnya akademik dan pembentukan karakter. Lalu, yang utama adalah kesempatan memasuki dunia kerja. Maksudnya, kira-kira lulusan Umtas ini setelah lulus itu ke mana.

Lainnya perhatian, sambung Prof Mu’ti, dengan masuk atas apa yang sudah menjadi kultur orang Tasik ini misal, menjadi bagian dari keunggulan yang kampus ini terlibat di dalamnya. Sesuatu itu sudah baik, tetapi mungkin bisa diupgrade.

Bahkan, imbuh Prof Abdul Mu’ti, fastabiqul Khairat itu tidak sekadar berlomba-lomba dalam kebaikan. “Tapi harus kita reinterprite dengan berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Untuk menjadi yang terbaik sejajar dengan UGM IPB dan lain-lainnya”, ajaknya. gus
 

0 Komentar