![]() |
H Budi Budiman |
Tasikplus.com-Bertemu terus berbincang dengan sosok satu ini, kesannya nampak masih dengan performa energik, mengakrab, ramah. Tentu tak bakal asing umumnya warga Kota Tasikmalaya pada orang yang telah menintakan dedikasinya bagi daerah.
Dialah, H Budi Budiman, wali kota Tasikmalaya periode 2012-2017, 2017-2020. Bersua lebih sepekan lalu, ia pun terlihat lebih gemukan and fresh. Menjawab beberapa pertanyaan Tasikplus.com, berulang ia awali dengan isapan rokok yang menempel di jemarinya dan rileks.
"Sekarang-sekarang ini ya.. lebih santai, lebih banyak waktu dengan keluarga. Kunjung-kunjung rumah anak tengok cucu. Di antara anak ini ada yang tinggal di Bandung juga, tapi banyaknya di Tasik", aku H Budi, menjawab pertanyaan di awal perbincangan.
Selebihnya, aku dia, berolahraga untuk jaga kesehatan. Terus jalankan kegiatan sosial melalui satu yayasan yang itu sudah berjalan sejak dirinya belum jadi wali kota. Ada juga bisnis atau kelola usaha yang itu dirasanya tak sampai menyita waktu serta pikiran.
Bisnis apakah itu? “Saya kelola kegiatan usaha peternakan, ayam petelur. Mengelola usaha ini malah rasanya lebih mendekatkan diri pada Dia Yang Maha Kuasa”, ujarnya dalam pertemuan di kantor notaris anaknya, di Jalan Ibu Apipah, Kota Tasikmalaya.
Bagaimana maksudnya lebih memacu spiritualitas? Ia menerangkan mengurusi usaha ternak seperti ayam, ikan, akrab dengan pengaruh iklim alam.
“Jika tiba musim hujan misal, itu berpengaruh. Nah bagaimana kemudian ternak tetap baik-baik saja, tak terpengaruh, jangan sampai terkena penyakit. Kita berusaha fokus di situ, banyak berdoa meminta perlindungan”, bebernya.
Menjadi prinsif atau tekad H Budi sekarang ini bagaimana hidup bermakna. Dapat melakukan hal-hal positif, penuh harap memberi manfaat terhadap sesama. Pilihannya juga acap kunjung-temu rekan, sahabat lama.
Serangkaian dari itu dirinya pun kerap kedatangan aparat di pemerintahan yang dulu dipimpinnya. “Saya sih seneng berbincang, sharing, bertukar pikiran untuk hal-hal yang bermanfaat “, sebutnya.
Dari obrolan itu terungkap pula dirinya masih terus peduli, mengamati perkembangan daerah. Senang manakala diminta saran masukan untuk kemajuan daerah. “Tentunya saya sangat peduli terhadap daerah ini, Tasikmalaya yang menjadi tempat kelahiran”, katanya.
Sempat agak serius sampaikan, penuh harap H Budi, untuk kota dalam estafet pimpin penerusnya yang dipilih masyarakatnya, makin membawa Kota Tasik yang makin maju, berkembang. Menentramkan warganya.
"Tiap pemimpin daerah memiliki visi-misi yang dicanangkannya itu. Harapan saya visi-misi ini diimplementasikan penuh kesungguhan. Saya pun percaya dengan Pak Viman-Diky hari untuk dapat menjalankan visi-misinya", sambung H Budi.
Predikat melekat
Menarik dengan sosok mantan pemimpin satu ini, meski jabatan wali kota sudah ia tinggalkan, banyak kalangan warga yang tetap memanggilnya kala bertemu H Budi, menyapa atau memulai obrolan dengan sebutan, pak wali.
Dalam dua periode jabatannya sebagai wali kota, predikat melekat lainnya kepada Budi Budiman, Ia dijuluki sebagai bapak pembangunan. Banyak garapan mercusuar dilancarkan, hingga terbilang monumental.
Garapan itu dimulai kebijakan fokus pacu tingkatkan infrastruktur, kondisi jalan terpelihara dalam kondisi mulus, hingga pengerasan ke jalan-jalan lingkungan, pembangunan ruas jalan lingkar selatan dan utara, penegerian kampus Unsil, rampungnya sejumlah penyerahan aset besar dan pelik dari Pemkab Tasikmalaya.
Kembali ke politik?
Sebagai orang yang pernah sukses dengan karir politik, apakah masih terbersit kembali jibaku di jalur politik praktis? H Budi menjawabnya tak langsung menohok, rileks.
“Bagaimanapun saya ini sebagai bagian dari bahasa lisannya politik itu, sebagai insan politik. Bicara politik, bisa tidak lepas misal dengan berkomunikasi atau berbincang dengan teman seperti ini”, sahutnya.
Namun pastinya, ungkap H Budi, ada tokoh nasional yang terus mengajak, dan dirinya di posisi masih menunggu muktamar partainya itu, berikut jaringan elite pemimpin di partai ini seperti apa, ke mana saja.
Ia pun seperti tengah cukup menimbang matang turun lagi atau tidak. Satu peristiwa pahit di masa kepemimpinannya, telah begitu jadi catatan diri termasuk keluarganya. Meski dari peristiwa yang menghebohkan itu, kepuasannya tak ada bukti atau tak sampai melakukan satu perbuatan yang telah merugikan keuangan negara.
Kecuali soal pemenuhan balas jasa yang mengemuka dalam lingkaran partainya dan berbuah jadi perkara hukum kala itu. Lebih ia rasakan masuk dalam jebakan atau kejaran di lingkaran partai. Lalu, berujung mesti berbayar sulit elak, harus dipenuhi, yang itu ia rogoh dari budget pribadinya.
“Jadi, intinya hidup di usia-usia saat ini bagaimana dapat menjaga hidup yang baik, jaga kesehatan, jaga pertemanan. Tak banyak kelelahan, dalam tekad penuh harap bisa memberi manfaat, hidup bermakna”, pungkasnya. gus
0Komentar