Mereka terdiri antara lain, Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT), Tasikmalaya Caving Community (TCC), dan aktivis Republik Aer Tasikmalaya. Membentangkan bendera raksasa di lokasi puing atau bekas bangunan jembatan di kawasan Karang Resik, Kota Tasikmalaya.
Mengawali kegiatan dengan lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, pukul 09.30 WIB. Dua orang personel dari perwakilan mahasiswa pecinta alam dan tim pegiat TCC menuruni sisi Jembatan Perjuangan Karang Resik dengan teknik prusiking untuk membentangkan bendera merah putih berukuran 10 x 4 meter itu.
Di bawah teriknya matahari dan tatapan kagum ratusan warga, kain merah putih beberapa saat berkibar gagah, seolah menjadi simbol bahwa semangat perjuangan 1947 tak pernah padam.
Harniwan Obech dari Republik Aer, didampingi Rudiana dari TCC, serta Ketua FKPAT Miftah Rizky menyebutkan, pembentangan bendera di lokasi jembatan Karang Resik sebagai bentuk penghormatan atas jasa para pahlawan.
“Kami ingin menghidupkan kembali memori perjuangan di Jembatan Karang Resik, saat pasukan dan rakyat bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda. Momen ini bukan hanya sejarah Tasikmalaya, tapi bagian dari sejarah Indonesia,” ungkap Harniwan.
Jembatan Karang Resik bukanlah sekadar infrastruktur penghubung antara Tasikmalaya dan Ciamis. Pada 10 Agustus 1947, lokasi ini menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara Tentara Divisi Siliwangi bersama masyarakat melawan konvoi tentara Belanda.
Belanda yang berusaha masuk ke Tasikmalaya, terpaksa mundur karena jembatan dihancurkan oleh pejuang, membuat pasukan musuh tak mampu menembus pertahanan. Peristiwa ini memperlihatkan kecerdikan strategi perang gerilya dan keteguhan hati rakyat.
Menurut catatan sejarah lokal, pertempuran Karang Resik adalah salah satu titik penting dalam mempertahankan kemerdekaan di Priangan Timur. Strategi memutus akses logistik dan mobilitas Belanda berhasil menahan laju agresi militer mereka.
Pembentangan bendera merah putih di Jembatan Perjuangan Karang Resik ini mengandung pesan yang dalam: perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan di medan tempur, tetapi juga dalam bentuk menjaga persatuan, kemandirian, dan cinta tanah air di masa kini.
Ketua FKPAT Miftah Rizky menegaskan, generasi muda harus mengenal sejarah lokal agar tidak tercerabut dari akar perjuangannya.
“Kita bisa saja maju secara teknologi, tapi semangat gotong royong dan keberanian seperti tahun 1947 harus tetap kita warisi,” ujarnya.
Acara bentang bendera tidak hanya dihadiri oleh para pecinta alam. Turut hadir personel kepolisian, perwakilan Kodim 0612 Tasikmalaya, Tagana Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, Gerakan Pramuka, tokoh masyarakat Kelurahan Sukamanah, serta ratusan warga yang memadati area sekitar jembatan.
Sorak tepuk tangan dan teriakan Merdeka! terdengar setiap kali kain merah putih berkibar tertiup angin, seakan menyatukan semua yang hadir dalam rasa bangga dan haru.
"Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu daerah di Jawa Barat yang aktif menggelar peringatan hari-hari penting sejarah nasional. Selain Karang Resik, beberapa titik lain seperti Monumen Perjuangan Rakyat dan Tugu Adipura juga kerap menjadi lokasi kegiatan memperingati kemerdekaan."ungkap Tokoh Sukamanah Tasikmalaya Abah Idi
Gelaran ini menurutnya menjadi.momen untuk lebih menggemakan pengibaran bendera merah putih dalam menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia.
"Mari kita gemakan mana simbol bendera merah putih menjadi identitas dan perekat bangsa, bukan hanya di tanggal 17 Agustus, tetapi dalam setiap momen yang meneguhkan cinta tanah air", pungkas Abah Idi. red
0 Komentar