Kunjungi Garut, mengisi kegiatan Promiso KIE Program Percepatan Penurunan Stunting bersama BKKBN Jabar, Hj Nurhayati ajak tekan angka stunting dimulai lingkungan RT. |
Tepatnya hal itu ia kemukakan saat mengisi materi dalam program Promoso KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, bekerja sama dengan BKKBN Jabar. Berlokasi di Kp Cipondok, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Sabtu (26/8).
Penuh keyakinan di hadapan warga berbagai kalangan yang hadir, Hj Nurhayati mengajak menargetkan penanganan stunting di wilayah Garut untuk dimulai dilakukan sejak wilayah atau lingkungan tingkat rukun tetangga (RT).
Pada langkah lain memang sasaran serupa terus diarahkan. Penyebaran stunting harus terus ditekan untuk melahirkan generasi Indonesia ke depan sehat. Kondisi bayi atau anak yang terkena gagal tumbuh kembang ini harus disikapi serius bagi kebaikan kelangsungan hidup si penderita.
Dalam catatannya usaha penurunan kasus stunting di Garut sejauh ini cukup baik. “Sehingga di tahun 2024 kita bisa turun sampai 20 persen dan itu adalah target kami,” katanya seraya menambahkan, tekadnya dalam setiap turun ke masyarakat sosialisasi stunting ini terus digaungkan.
Termasuk pertimbangannya dengan langkah-langkah atau strategi apa harus diambil. “Dan saya ketika turun di masyarakat menyarankan agar penanganan stunting dimulai dari tingkat RT,” uclasnya.
Logikanya, sambung Nurhayati, satu RT menangani anak stunting, paling dalam jumlah satu lingkungan RT itu hanya ada satu atau dua anak di setiap kampung. “Jadi saya mau mereka berkeja sama rembukan, gotong-royong, menangani anak-anak stunting ini,” katanya.
Optimismenya, “Saya rasa kala setiap RT mau menjalankan upaya seperti ini, angka anak stunting ini bukan tidak mungkin memasuki zero stunting, ini akan bisa tercapai bukan hanya keinginan tapi bisa terlaksana dengan baik”.red/rls
Penuh keyakinan di hadapan warga berbagai kalangan yang hadir, Hj Nurhayati mengajak menargetkan penanganan stunting di wilayah Garut untuk dimulai dilakukan sejak wilayah atau lingkungan tingkat rukun tetangga (RT).
Pada langkah lain memang sasaran serupa terus diarahkan. Penyebaran stunting harus terus ditekan untuk melahirkan generasi Indonesia ke depan sehat. Kondisi bayi atau anak yang terkena gagal tumbuh kembang ini harus disikapi serius bagi kebaikan kelangsungan hidup si penderita.
Dalam catatannya usaha penurunan kasus stunting di Garut sejauh ini cukup baik. “Sehingga di tahun 2024 kita bisa turun sampai 20 persen dan itu adalah target kami,” katanya seraya menambahkan, tekadnya dalam setiap turun ke masyarakat sosialisasi stunting ini terus digaungkan.
Termasuk pertimbangannya dengan langkah-langkah atau strategi apa harus diambil. “Dan saya ketika turun di masyarakat menyarankan agar penanganan stunting dimulai dari tingkat RT,” uclasnya.
Logikanya, sambung Nurhayati, satu RT menangani anak stunting, paling dalam jumlah satu lingkungan RT itu hanya ada satu atau dua anak di setiap kampung. “Jadi saya mau mereka berkeja sama rembukan, gotong-royong, menangani anak-anak stunting ini,” katanya.
Optimismenya, “Saya rasa kala setiap RT mau menjalankan upaya seperti ini, angka anak stunting ini bukan tidak mungkin memasuki zero stunting, ini akan bisa tercapai bukan hanya keinginan tapi bisa terlaksana dengan baik”.red/rls
0 Komentar