Setelah mengikuti paparan, ratusan peserta kegiatan Promosi-KIE tekan stunting di antaranya mendapat hadiah diundi untuk mereka yang beruntung. lalu,didokumentasikan penyelenggara. |
Ajakan tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, di Kecamatan Rajapolah, Kab.Tasikmalaya, Senin (31/7).
Hadir dalam acara antara lain, Ketua Tim Kerja Pembinaan Ketahanan Keluarga Balita dan Anak Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Elma triyuliati, unsur Muspika Kec.Rajapolah, serta Sub Koordinator Advokasi, KIE, dan Data Dinas Sosial-PPKBP3A Kab.Tasikmalaya, Sasa Saefulmillah.
Percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendirian oleh BKKBN. Butuh kolaborasi untuk mencapai keberhasilan percepatan berupa menurunnya prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
“Kolaborasi dengan mitra kerja diperlukan untuk menyediakan akses yang lebih baik terhadap pangan berkualitas dan bergizi, terutama bagi keluarga yang kurang mampu,” sambungnya pada kegiatan yang dihadiri 275 warga asal berbagai kalangan itu.
Nurhayati juga mendorong program pemeriksaan kesehatan rutin bagi ibu hamil dan balita guna mengidentifikasi risiko stunting lebih awal. Adanya pelibatan keluarga secara utuh. Bersama peran petugas lapangan seperti kader posyandu mendampingi keluarga-keluarga di sekitarnya.
Paparan Nurhayati terus menjabarkan kolaborasi percepatan penurunan stunting lintas sektor. Sejak pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta secara holistik. Diikuti monitoring keberhasilan, mengukur dampak, dan efektivitasnya.
Perankan tim pendamping
Pada kesempatan sama, Elma Triyulianti mengajak yang hadir untuk memerankan secara efektif tim pendamping keluarga (TPK) sebagai garda terdepan dalam upaya menurunkan prevalensi stunting. Laporkan pada mereka jika ada keluarga atau balita terindikasi risiko stunting.
Elma mengingatkan bahwa stunting tidak melulu identik dengan kondisi kemiskinan. Dalam pemenuhan gizi keluarga tidak harus selalu mahal. Dengan dua butir telur saja, kebutuhan akan protein balita sudah terpenuhi.
Kebutuhan gizi lain bisa memanfaatkan potensi yang ada di sekitar tempat tinggal masing-masing. Kemudian ia arahkan remaja yang tergabung dalam Genre bergabung dalam kekuatan promosi-KIE cegah stunting, dan menjadi relawan edukasi penggunaan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil). red/rls
0 Komentar