Festival layangan di kawasan Pantai Padabumi, Desa Cimanuk, Kecamatan Cikalong./Nang |
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) pemkab Tasikmalaya, memotori ajang itu. Di antara acara dalam promosi kepariwisataan tersebut, menggelar festival layang-layang, balap kerbau, serta kontes domba. Lokasi penyelenggaraan, persis bersebelahan dengan Pantai Karangtawulan yang dikenal memiliki view keindahan pantai yang eksotis.
Ajang ini mengisi kegiatan rutin dalam promosi kepariwisataan daerah. Untuk festival layang-layang bak sudah jadi catatan tersendiri kalangan pesertanya. Agak sedikit beda kisahnya dengan penyelenggaraan kontes ternak yang dominan jadi debutnya penduduk sekitar. Adapun pelaksanaan even itu pada pekan pertama Agustus lalu. Untuk sokongan kontes ternak itu, kabarnya, pemilik ternak mulai dihadapkan sulit menahan populasinya, terus “joki” balap yang tak mudah.
Keterangan Kepala Disparpora Kabupaten Tasikmalaya, Asep Saeful Bahri, dengan kegiatan tersebut diharapkan bisa memertahankan bahkan membangkitkan terus olahraga ketangkasan balap kerbau sebagai suguhan khas daerah di pantai selatan Kabupaten Tasikmalaya. Kemudian, menggemakan aset hingga keunikan kepariwisataan daerah, sampai pada gilirannya dapat mengontribusi PAD dari sektor ini, serta harap lainnya dapat mengembangkan perekonomian masyarakat.
Asep sempat menyebutkan, latar belakang lain penyelenggaraan ini, kegiatan pendukung program “Tasik Siap” yang diluncurkan Bupati Tasikmalaya, H U Ruzhanul Ulum, belakangan. Untuk festival layang-layang, diikuti sedikitnya 20 peserta. Mereka datang dari berbagai daerah/provinsi, mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Ditambahkan Asep, agenda festival layang-layang ini sejak jauh-jauh hari diagendakan terlaksana, dalam semangat serta memikirkan bagaimana caranya mengoptimalkan aset pariwisata di sepanjang pantai selatan Kabupaten Tasikmalaya, yang sejauh ini masih belum optimal. Termasuk juga membangkitkan lagi ciri khas aset yang dimiliki, dengan balap kerbau sampai kontes ternak itu.
“Harapannya dengan ajang ini, bisa menarik minat wisatawan datang, dari berbagai daerah termasuk mancanegara. Makanya agenda ini pun diharapkan akan rutin terus dilaksanakan setiap tahun,” ulasnya.
Minim perhatian
Di luar layang-layang, informasi untuk peserta balap kerbau, seluruhnya melibatkan joki hingga yang punya ternak asal warga setempat. Balap kerbau itu merupakan olahraga berunjuk ketangkasan, dan menjadi kekhasan yang ada warga sekitar sejak puluhan tahun. Namun nyaris punah kini seiring minimnya perhatian. Kepemilikan ternak yang sering dilepas peternak karena desakan kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Selain itu, regenerasi joki yang juga hampir tidak ada.
Cerita seorang pebalap kerbau, Wawan (45), di ajang itu, mengaku cukup sulit untuk mengendalikan kerbau pada saat menjadi joki. “Karena kebiasaan kerbau larinya tidak lurus, serta terkadang sulit untuk dihentikan. Tali kekang jadi kurang berpengaruh karena pada saat lari terkadang sulit dihentikan. Jadi, dalam balap kerbau ini selain harus sudah biasa, juga faktor keberuntungan sangat berpengaruh,” terang Wawan.
Oleh: Nanang K
0 Komentar