Kepala BKKBN Ajak TPK Kerja Maksimal Tekan Angka Stunting

 

Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, secara simbolik menyerahkan dokumen data keluarga berisiko stunting kepada perwakilan anggota TPK di acara Apel Siaga TPK Nusantara Bergerak, yang dipusatkan di Alun-alun Kab.Subang, Kamis lalu.

Menandai pengerahan kerja Tim Pendamping Keluarga (TPK) program percepatan penurunan stunting nasional, pada Kamis (12/5), berlangsung Apel Siaga TPK Nusantara Bergerak. Dipusatkan di Alun-alun Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Menghadiri acara itu, Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K). Rangkaian acara juga terhubung ke peserta secara virtual, diikuti pejabat dinas terkait di daerah. Tercatat ada 600 TPK yang direkrut dalam konsentrasi program penurunan angka stunting.

Seperti banyak diinformasikan, pemerintah punya obsesi atau target dapat turunkan penderita anak bertumbuh pendek ini di angka 14% di tahun 2024. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting sekarang 24,4 persen.

Prevalensi stunting Indonesia masih di atas standar WHO. Sedangkan hasil pendataan keluarga tahun 2021 (PK 21), untuk keluarga berisiko stunting di Tanah Air jumlahnya mencapai 21,9 juta keluarga.

Di acara Apel Siaga TPK Bergerak, Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K) mengajak jajarannya dan para TPK bekerja secara optimal. “Jumlah keluarga berisiko stunting ini harus ditekan seminimal mungkin. Mari kita bekerja secara optimal,” kata Hasto.

Angka idap stunting Indonesia, sambungnya, masih lebih tinggi dari standar WHO sebesar 20 persen, dan jauh dari target tahun 2024 yakni, sebesar 14 persen. Ia cukup menekankan juga perlu dukungan stakeholders.

Adapun tugas para tenaga TPK ini melakukan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial, serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting.

Memberi sosialisasi kepada masyarakat mulai dari edukasi prakonsepsi untuk calon pengantin. Mereka diharapkan melakukan pemeriksaan kesehatan dan mengetahui kondisi hemoglobin (Hb) dalam darah, pengukuran tinggi dan berat badan serta lingkar lengan atas.

Kemudian kepada yang mau hamil dan sedang hamil, baru punya bayi, dengan memberi edukasi cegah risiko stunting. “Bertanggung jawab untuk memastikan keluarga-keluarga yang dipetakan sebagai keluarga yang berisiko melahirkan bayi stunting mendapatkan dukungan yang merupakan haknya,” lanjut dokter Hasto.red
 

0 Komentar