Pemkot Tasik Intervensi Lecutan Ekonomi Daerah

Wakil Wali Kota Tasikmalaya, HM Yusuf, berbaur di lokasi OPM, setelah secara simbolik ia buka kegiatan OPM 2019 yang dipetakan di lima titik/lokasi

Sepertinya sudah menjadi gejala tahunan. Memasuki bulan Ramadan yang biasa itu sampai jelang Lebaran, masyarakat mendapati harga-harga bahan pangan naik, sebagian meroket. Tak sedikit kalangan kemudian mengaitikan pada anggapan enteng, itu berkorelasi dengan naiknya tingkat konsumsi.

Pada bulan puasa dipersepsikan terjadi peningkatan konsumsi di masyarakat. Menyasar bahan-bahan pangan. Sehingga mendorong kondisi stok di pasaran yang menipis. Besarnya permintaan, dalam kamus ekonomi, akan memengaruhi harga penjualan. Tanpa banyak penduga itu lantaran aksi spekulan yang berulah aji mumpung.

Pelaku perdagangan dalam rantai pasar, menangkap besarnya permintaan dalam suplai yang tak berimbang, lalu mengerek atau mengganti harga-harga yang semula normal. Dinaikkan harga-harganya dalam gelagat stok bahan perdagangan terkuras, bahkan ada suara-suara rasa cemas, mengkhawatirkan kebutuhan konsumsi tak terpenuhi.

Tentu dalam gelagat demikian, pemerintah biasanya tak membiarkan. Tak mungkin menghadang spekulan dalam kegiatan perdagangan. Tapi melancarkan strategi lain. Kebijakan mengawal stabilitas pangan itu yang penuh maksud juga menekankan harga agar tak membumbung, halnya melakukan intervensi dengan kegiatan gelar Operasi Pasar Murah (OPM).

Dengan langkah itu, pemerintah Kota Tasikmalaya, memasuki Ramadan 1440 H/2019 M, melancarkan kegiatan OPM 2019. Di dalamnya diperdagangkan beragam produk pangan atau kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) //plus//, sejak beras, telur, daging merah, gu;a, minyak goreng, terigu, sampai berupa bahan sayuran lengkap dengan beberapa bahan bumbu, serta gas elpiji.

Malah yang tak terlewat pula, pelayanan penukaran uang melibatkan kantor BI dan dua bank pelaksana hadir di dalamnya. Kehadiran mobil unit layanan perbankan itu kemudian menjadi sasaran masyarakat di lokasinya, menukarkan uang lusuh dan pecahan tertentu yang dipersiapkan sebagai uang hadiah Lebaran pada anak-anak.

Dalam kawalan TPID

Sekilas pada pelaksanaannya, kegiatan OPM dalam pengawalan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tasikmalaya. Tim ini diketua kepala daerah, wakilnya dijabat kepala kantor BI Perwakilan Tasikmalaya. Persisnya, tim ini terdiri unsur pemerintah daerah dengan beberapa dinas teknis di dalamnya, BI dan kalangan perbankan, Pertamina, Bulog, Hiswana Migas, serta kalangan pengelola pasar swalayan.

“Kegiatan OPM ini untuk mengintervensi harga, membuat stok pangan tetap ada, berusaha meringankan pengeluaran beli sembako masyarakat,” ujar Dedi, kabag Ekonomi Setda Kota Tasikmalaya, saat ditanya pada pelaksanaan OPM di wilayah Kec.Tamansari, yang berlangsung dua hari, Kamis-Jumat (9-10/5).

Kalau pada dua hari penyelenggaraan OPM di halaman kantor Kec.Tamansari, dengan wilayah layanan bersama warga di Kec.Kawalu, program gelar OPM Kota Tasikmalaya, terbagi dalam lima titik gelar, dengan tiap titik gelar melingkupi dua wilayah kecamatan.

Selepas gelar di Tamansari, OPM diteruskan di Kec.Purbaratu, dengan sasaran pelayanan untuk dua wilayah kecamatan, bersama Kec.Cibeureum. Berlangsung hari Senin-Selasa (13-14/5). Setelah dari Purbaratu, berlanjut ke wilayah Kec.Bungursari dan Mangkubumi, pada tanggal 16-17 Mei. Melanjut ke wilayah Kec.Cihideung-Tawang, pada tanggal 20-21 Mei, dan terakhir di wilayah Kec.Indihiang-Cipedes.

Sekilas di lokasinya, tim dari kantor BI tampak membawa petani binaannya yang memperdagangkan sayuran. Beberapa mal, menjual beras, telur, daging dan minyak goreng, Hiswana Migas, menyiapkan elpiji dalam beberapa truk dengan tabung ukuran 3 kg dan 5 kg.

Pemandangan lain di lokasi OPM, tak lama gelar langsung diserbu masyarakat. Menurut Dedi, untuk tiap komoditas yang diperdagangkan harganya berselisih lebih murah mulai Rp 2.000-3000 bahkan lebih dari itu per satuan dari harga normal di pasaran. Harga yang tak terpengaruh gejolak kenaikan, bahkan lebih murah dibanding harga normalnya.

Program WUB

Menakar kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya, pada sektor ekonomi masyarakatnya, dalam harap itu mengontribusi peningkatan kesejahteraannya, di luar yang musiman seperti lewat OPM tadi, ada yang populer juga program dilancarkan, dengan sebutan program Wirausaha Baru (WUB).

Gagasan ini berjalan memasuki tahun kedua di tahun sekarang (2019). Pemerintahan yang dipimpin Wali Kota – Wakil Wali Kota, H Budi Budiman – HM Yusuf, menghadirkannya seiring orientasi/harap hadirnya pelaku-pelaku usaha baru dalam ragam potensi yang ada.

Pemerintah daerah menarget hadirkan 5.000 WUB sepanjang periode kepemimpinan sekarang. “Di tahun 2018 lalu, sasaran bina terhadap 1.000 peserta WUB. Tahun ini tentunya sasaran bina kita lanjutkan. Target 5.000 WUB hingga akhr periode kepemimpinan pemerintahan sekarang,” jawab Hanafi, kepala Dinas Keuangan Kota Tasikmalaya dalam satu obrolan.

Model menghadirkan kalangan usahawan baru ini, diawali pendataan/pendaftaran mereka yang berminat ikut program. Setelah terdata, diberikan ragam pembinaan, pelatihan, pemberian kemampuan usaha sesuai minat-bakatnya. Peserta pelatihan di akhir kegiatan diberikan sertifikat keahlian. Mereka pun difasilitasi/diberi akses ke perbankan saat memerlukan tambahan permodalan.

“Namun, tentu terlepas dengan capaian keberhasilan program ini seperti apa, yang pasti pemerintah sudah melakukan //tregger// dalam rangka menstimulasi hadirnya pelaku-pelaku usaha baru, melalui proses pembinaan, mengupayakan kalangan warga ini memiliki keahlian,” kata Hanafi.

Gelaran TOF

Upaya lainnya pemkot Tasikmalaya, untuk mengintervensi geliat ekonomi daerah, ada lagi konsepnya melalui gelaran Tasik Oktober Festival. Hajatan teragenda rutin di pengujung tahun itu, belakangan hingga dapat menghadirkan investor dari luar negeri.

Catatan Hanafi, dari ajang TOF, di antara pengusaha lokal sampai berbuah jalinan hubungan pasar ke luar negeri. Halnya menembus peluang ekspor ke Jerman, Palestina, dan Irak.

Catatan tambahan lainnya, kebijakan pemerintahan Kota Tasikmalaya teranyar yang masih seraha ke sektor ekonomi, tercapainya Bandara Wiriadinata yang semula sebagai titik basis militer, menjadi bandara komersil. Kini sudah biasa masyarakat dan kalangan pemerintah memanfaatkan transportasi udara itu menuju Jakarta dan Solo.

Jauh sebelum ke capaian monumental stimulasi lecut perekonomian, di luar gelar TOF, kemudian bandara, malah ada juga kegiatan promosi produk unggulan di luar negeri, langkah searah dengan kebijakan pacu ekonomi ini di awal pemerintahan H Budi-HM Yusuf, melancarkan program perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan.

Dan, tahun garap infratruktur secara fokus itu sampai berlangsung tiga tahun anggaran. Hasilnya kini, masyarakat Kota Tasikmalaya, begitu menikmati banyak mulusnya ruas-ruas jalan, hingga pengerasan jalan-jalan ke lingkungan pemukiman masyarakat. red


 

0 Komentar