Pesta Pertunjukan Kekayaan Khasanah Sunda Meriah di Milangka Yayasan Sunda Ngahiji

Beberapa pertunjukan seni Sunda dipertontonkan pada Milangkala Yayasan Sunda Ngahiji Ke-55/2022, salah satunya Debus, memeragakan aksi sayat golok ke tubuh yang tak sampai melukasi, cukup membuat yang hadir terpukai sambil ngeri-ngeri menegangkan.  
Tasikplus, 11 November 2022                                                                                                         Para pegiat seni budaya dan adat kesundaaan, komunitas peduli dan pelestari nilai-nilai Sunda, Kamis (10/11), tumplek berbaur di kawasan Pulo sekitar areal Situ Cibeureum, di Kec.Tamansari, Kota Tasikmalaya.

Menghadirkan kemeriahan pertunjukan kesenian budaya Sunda, dalam perayaan Milangkala Ke-5/2022 Yayasan Sunda Ngahiji, Kota Tasikmalaya. Konstan pula acara itu mengundang kedatangan warga yang kemudian menikmati ragam pertunjukkan.

Cukup dominan mereka yang hadir dengan pakaian khas Sunda, pangsi hitam-hitam, ber-iket atau ikat kepala. Ada juga yang menampilkan pakaian khas jawara dengan asesoris memenuhi tangan dan badannya.

Di antara mereka tampak juga tokoh-tokoh budaya Sunda, kasepuhan Sunda seperti sosok Anton Carliyan, mantan kapolda Jabar. Kemudian, Romosari Dieng, Kasepuhan Banten, hingga perwakilan asal Suku Dayak kalimantan. Lainnya, perwakilan tokoh komunitas pegiat Sunda asal Bandung, Sumedang, Majalengka, Kab.Ciamis.

Penyelenggaraan even laksana gelar pesta adat besar Sunda. “Alhamdulillah, milangkala ke-5 ini rencananya semula sederhana, kenyataannya semeriah ini. Banyak tokoh dan rekan komunitas yang hadir, hingga kasepuhan-kasepuhan Jawa Barat,” aku Ketua Yayasan Sunda Ngahiji, Ki Kayat, di sela acara.

Jadi motivasi digelarnya kegiatan itu, lanjut Ki Kayat, dalam semangat menyelamatkan seni budaya, adat, dan nilai-nilai Sunda. “Kegiatan ini pun jadi wahana ekspresi pertunjukkan adat, seni, budaya Sunda,” bebernya yang ia sampaikan dengan Bahasa Sunda.

Masih tampak dari mereka yang hadir dalam jumlah ratusan itu asal pemuka agama muda, keluarga pesantren. Adapun isi gelaran acaranya ada yang disebut Rajah (semacam ritual kulo nuwun/permisi), Ngertakeun cai (ritual kucurkan air ke situ yang sudah didoakan).

Lalu, ada pertunjukan Lais yang ditampilkan pelakunya beratraksi di atas bentang tambang tinggi di antara dua tiang bambu, bersambung ke aksi Debus oleh belasan orang yang cukup membuat ngeri-ngeri menegangkan warga yang hadir.

Peragaan lainnya, pertunjukan tari jaipong, hiburan musik dan lagu-lagu Sunda kekinian beraroma kuat kendangnya yang tak ayal membuat umumnya mereka di lokasi acara terlarut bergoyang asyik. Meriah. Pagelaran berlangsung sejak pagi hingga sore, terpotong saatnya waktu adzan Dhuhur dan Ashar.

Kawasan bebukitan Pulo yang masih alami, menghijau oleh deret pepohonan rindang dan tenang, terasa cukup mendukung, menyatu dalam rangkaian acara yang sarat atmosfer unjuk-unjuk etnik Priangan atau kesundaan. Penuh keakraban dan kebersamaan mereka. gus
 

0 Komentar