Unsil dan PT MOI Tandatangani MOU Pengembangan Tanaman Kelor

Rektor Unsil Prof Rudi Priyadi (kedua dari kanan) dan CEO PT MOI Ai Dudi (ketiga dari kanan), memperlihatkan naskah kerja sama yang telah mereka tanda tangani.

Mengukuhkan jalinan kerja sama. Kampus Universitas Siliwangi (Unsil) dengan PT Moringa Organik Indonesia (MOI), Senin (20/12), menandatangani naskah memorandum of understanding (MOU). Berlangsung di gedung baru Fakultas Pertanian (Faperta) unsil, lokasi Mugarsari, Kec.Tamansari, Kota Tasikmalaya.

Kerja sama untuk dua kegiatan yakni, Pengembangan Pelaksanaan Penelitian Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. Naskah ditandangani Rektor Unsil Prof H Rudi Priyadi dengan Founder/CEO PT MOI, Ai Dudi Krisna SP. Kemudian Kerja Sama tentang Pengembangan Kebun Kelor dengan Faperta Unsil.

Untuk kerja sama dengan Faperta, naskah ditandatangani Dekan Faperta Unsil Dr Hj Ida Hodiyah Ir MP dengan CEO PT MOI Ai Dudi Krisna SP. Di antara isi kerja sama ini, Unsil menyiapkan lahan satu hektar di lokasi Mugarsari, yang kemudian dikelola PT MOI dengan penanaman tanaman kelor.

Saat memberi sambutan, Rektor Prof H Rudi mengemukakan, dari program kemitraan antara PT MOI ini, orientasi kerja sama akan melibatkan dan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitar kampus bahkan luar kampus. Khususnya dalam budidaya tanaman kelor.

Pastinya lagi bagi Unsil, kerja sama akan menjadikan satu pusat pelatihan, pendidikan mahasiswa dalam membangun jiwa entrepreurshipnya. Rangkaian kerja sama akan membangun kebun pilot projek tanaman kelor pada lahan satu hektar beserta sarana pabrik untuk pengolahannya.

Founder PT MOI, Ai Dudi menambahkan, pihaknya sudah memiliki sertifikat lengkap untuk farm & processing kelor sejauh ini. Kerja sama dengan Unsil sebagai kegiatan implementasi kerakyatan berbasis peningkatan nilai tambah komoditas. Akan cukup melibatkan masyarakat di dalamnya selain pilot projek jadi sarana pelatihan, penelitian.

Ia pun sempat menggambarkan daun kelor yang kini sangat tinggi permintaannya. “Kenapa pengolahannya berbasis kerakyatan? Karena kelor tidak bisa dipabrikasi, tidak bisa dibangun company besar. Pabrik kelor harus dilakukan oleh rakyat. Jadi yang terlibat masyarakat. Kami yang menanam, nanti yang memamen masyarakat. Menjualnya ke kita juga,” bebernya.

Pengakuannya, dari tren permintaan ekspor kelor sejauh ini ke Eropa saja, baru terpenuhi sekitar 30%. Masih belum banyak penanaman kelor dalam area luas. Pihaknya pun yang kini berbasis di Blora, Jateng, mengembangkan penanaman ke luar Jawa, seperti NTT.

PT MOI sejak beberapa tahun terakhir, mengembangkan dan memanfaatkan tanaman kelor di Indonesia. Mengelolanya menjadi beragam produk padat gizi dan berkhasiat sebagai penyembuhan alamami. Tak menjual bentuk berupa daun kering mentah.

Yang jadi kebanggan lebih Dudi, dirinya bisa menjalin kerja sama dengan Unsil, kampus yang dulu tempatnya kuliah. Kerja sama ini sangat disambut sivitas akademika Unsil. Sudah banyak univeristas, akunya, yang mendatangi dan mengadopsi sistem penanaman dan pengolahan tanaman itu.

Dirinya sangat menanti pihak kampus membuka kerja sama yang kemudian terealisasi. Kami hanya membangunkan (sistem ini), sebagai cinta kasih kepada Unsil”, sebutnya di acara yang dihadiri segenap pimpinan kampus, muspika di Tamansari, dan tokoh masyarakat, saat acara penandatangan MOU. gus
 

0 Komentar