Hj Nunung Kartini |
Pertimbangan risikonya kelak, cukup mengkhawatirkan jika kurang serius ini, di antaranya bukan saja di ukuran bentuk tubuh tak normal, tapi memengaruhi perkembangan otak atau IQ rendah generasi bangsa mendatang.
Melongok atensi Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya di soal tangani ini pun tak beda. Terdengar fokus, dengan sejumlah kegiatan hulu-hilir. Melibatkan elemen stakeholder. Dimotori dinas teknisnya.
Seperti dalam satu perbincangan, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kota Tasikmalaya, Hj Nunung Kartini, mengemukakan hal itu.
Seraya meyakini, isu penanganan/pencegahan stunting ini tak mungkin hanya jadi garapan pemerintah. Melainkan harus ada dukungan keterlibatan elemen lain. Menjalankan konsep sinergi pentahelix.
Menurut Hj Nunung, memasuki tahun 2023 Pemkot Tasikmalaya siap lancarkan kegiatan-kegiatan pencegahan, seperti dengan membantu berikan makanan tambahan bergizi pada sasaran anak-anak stunting. Anak-anak yang terkena ini umumnya asal keluarga tak mampu.
“Yang lainnya, kita pun sudah canangkan gerakan ASN peduli jadi orangtua asuh anak stunting. Pak Pj wali kota sudah canangkan itu sejak Januari lalu. Di dinas ini juga kita ajak jajaran, hingga dinas ini sekarang memiliki 60 anak asuh,” akunya.
Kalau di tingkat Jabar, gubernur mengarahkan ASN jadi orangtua asuh anak-anak stunting, memasuki pertengah Februari ini, Kota Tasik sudah lebih dulu. “Pak Pj wali kota menganggap urgen dengan penanganan stunting ini,” imbuhnya.
Kegiatan lainnya, menyasar prioritas penanganan pada anak-anak berusia di bawah dua tahun (baduta) stunting. Kelompok usia ini jumlahnya ada 1.730 anak. Baduta ini, istilah Hj Nunung, akan menjadi “sasaran tembak” prioritas penanganan.
Lainnya, mengampanyekan “Semua Bergerak”. Mengajak berbagai elemen lintas sektor bantu gerakan penuntasan stunting. “Alhamdulillah, perlahan kita sudah mendapat dukungan lintas sektor. Seperti teranyar ini datang dari Baznas dan kampus Unsil”, sebutnya.
Baznas turut bantu berikan makanan tambahan bergizi selama 90 hari untuk anak-anak stunting dalam kelompok baduta. Kemudian kampus Unsil, menjadi orangtua asuh 52 anak. Perusahaan Promina, menggandeng 60 anak stunting.
Gerakan bersama
Hj Nunung tampak cukup bersemangat dengan program tangani stunting. Termotivasi dari capaian sampai tahun 2022, ada penurunan jumlahnya di angka 6,5%. Berdasar survei SSGI-Kemenkes, semula di Kota Tasik prevalensinya 28,9% menjadi 22,4% di 2022.
Gerakan kegiatan tangani stunting, ia gemakan menjadi gerakan kemanusiaan peduli stunting. Ia juga membuat istilah atau tagline “Geber Cating” (Gerakan Bersama Cegah Stunting).
Tahun ini dirasa lebih semarak. Memang jika ditangani pemerintah saja bisa tidak cepat signifikan. “Alhamdulillah, banyak pihak sudah melek, sudah tergugah dalam kebutuhan penanganan kemanusiaan ini”, katanya.
Ia pun masih mengabsen, langkah pacu lain pihaknya, melalui program KB, melakukan pendampingan terhadap keluarga yang berisiko terkena stunting, menyasar calon pengantin, ibu hamil, ibu pascamelahirkan, dan melalui sosialisasikan pendewasaan usia perkawinan.gus
Melongok atensi Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya di soal tangani ini pun tak beda. Terdengar fokus, dengan sejumlah kegiatan hulu-hilir. Melibatkan elemen stakeholder. Dimotori dinas teknisnya.
Seperti dalam satu perbincangan, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kota Tasikmalaya, Hj Nunung Kartini, mengemukakan hal itu.
Seraya meyakini, isu penanganan/pencegahan stunting ini tak mungkin hanya jadi garapan pemerintah. Melainkan harus ada dukungan keterlibatan elemen lain. Menjalankan konsep sinergi pentahelix.
Menurut Hj Nunung, memasuki tahun 2023 Pemkot Tasikmalaya siap lancarkan kegiatan-kegiatan pencegahan, seperti dengan membantu berikan makanan tambahan bergizi pada sasaran anak-anak stunting. Anak-anak yang terkena ini umumnya asal keluarga tak mampu.
“Yang lainnya, kita pun sudah canangkan gerakan ASN peduli jadi orangtua asuh anak stunting. Pak Pj wali kota sudah canangkan itu sejak Januari lalu. Di dinas ini juga kita ajak jajaran, hingga dinas ini sekarang memiliki 60 anak asuh,” akunya.
Kalau di tingkat Jabar, gubernur mengarahkan ASN jadi orangtua asuh anak-anak stunting, memasuki pertengah Februari ini, Kota Tasik sudah lebih dulu. “Pak Pj wali kota menganggap urgen dengan penanganan stunting ini,” imbuhnya.
Kegiatan lainnya, menyasar prioritas penanganan pada anak-anak berusia di bawah dua tahun (baduta) stunting. Kelompok usia ini jumlahnya ada 1.730 anak. Baduta ini, istilah Hj Nunung, akan menjadi “sasaran tembak” prioritas penanganan.
Lainnya, mengampanyekan “Semua Bergerak”. Mengajak berbagai elemen lintas sektor bantu gerakan penuntasan stunting. “Alhamdulillah, perlahan kita sudah mendapat dukungan lintas sektor. Seperti teranyar ini datang dari Baznas dan kampus Unsil”, sebutnya.
Baznas turut bantu berikan makanan tambahan bergizi selama 90 hari untuk anak-anak stunting dalam kelompok baduta. Kemudian kampus Unsil, menjadi orangtua asuh 52 anak. Perusahaan Promina, menggandeng 60 anak stunting.
Gerakan bersama
Hj Nunung tampak cukup bersemangat dengan program tangani stunting. Termotivasi dari capaian sampai tahun 2022, ada penurunan jumlahnya di angka 6,5%. Berdasar survei SSGI-Kemenkes, semula di Kota Tasik prevalensinya 28,9% menjadi 22,4% di 2022.
Gerakan kegiatan tangani stunting, ia gemakan menjadi gerakan kemanusiaan peduli stunting. Ia juga membuat istilah atau tagline “Geber Cating” (Gerakan Bersama Cegah Stunting).
Tahun ini dirasa lebih semarak. Memang jika ditangani pemerintah saja bisa tidak cepat signifikan. “Alhamdulillah, banyak pihak sudah melek, sudah tergugah dalam kebutuhan penanganan kemanusiaan ini”, katanya.
Ia pun masih mengabsen, langkah pacu lain pihaknya, melalui program KB, melakukan pendampingan terhadap keluarga yang berisiko terkena stunting, menyasar calon pengantin, ibu hamil, ibu pascamelahirkan, dan melalui sosialisasikan pendewasaan usia perkawinan.gus
0 Komentar