Konsistensi Kampus Unper Tasikmalaya, Kawal Pelestarian Budaya Kearifan Lokal

Ngobrol Budaya, menjadi sesi pertama di panggung utama, tak lama seremoni pembukaan Gebyar Budaya Unper 2025, Sabtu (21/6/25). Dua pemateri dalam sesi itu, Wakil Wali Kota Tasik Rd Diky Chandra dan Dr Agus A Wakih, dosen FKIP Unper. 

Tasikplus.com-Kampus Universitas Perjuangan (Unper) Tasikmalaya, kembali menggelar pentas tahunan “Gelar Budaya Unper 2025”. Berlangsung dua hari, dibuka Sabtu (31/6/25). Tema gebyar diusung kali ini, Malati Lingsir Ku Wanci, Campaka Lihat Ku Mangsa.


"Alhamdulillah, kita kembali dapat menggelar kegiatan Gelar Budaya 2025. Tujuan pagelaran, merealisasikan kepedulian Unper dalam pelestarian budaya, kearifan lokal", ujar Rektor Unper Dr D Yadi Heryadi MSc, saat membuka acara.

Menurutnya, menjadi komitmen kampusnya, mewujudkan kepedulian pelestarian budaya lokal, sebagaimana itu sudah diusung dalam visi Unper. "Pelestarian budaya harus terus-menerus dilakukan. Mari sama-sama aktif di pelestarian budaya. Banyak generasi muda kita lupa dengan budaya sendiri", paparnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Yayasan Universitas Siliwangi (YUS) Brigjen TNI (Purn) H Eko Irianto SIP. “Gelaran ini sesuai dengan visi lembaga. Salah satu misi itu di antaranya, menjaga kelangsungan generasi muda yang menjunjung tinggi kearifan lokal”, ujarnya.

Pada bagian lain sambutan ketua yayasan penaung Unper itu, kemajuan teknologi berkembang sangat cepat. Mudah diakses siapa saja. Apa yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi adalah perubahan cara berpikir dan tingkah laku masyarakat secara luas.

Efek lainnya dengan kepesatan teknologi, di satu sisi menantang untuk mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, di sisi lain tak boleh lengah, tetap membina budaya sendiri, dengan kalimat populer kearifan lokal.

Beri apresiasi
Ajang pembukaan gelar budaya, dengan satu rangkaian seremoni khas. Menghadiri pembukaan sekaligus menjadi salah satu pemateri dalam acara, wakil Wali Kota Tasikmalaya, Rd Diky Chandra. Di kesempatan itu, ia menyatakan cukup mengapresiasi pagelaran budaya Unper.

Ia mengaku senang terhadap para pihak yang peduli rawat budaya sendiri. Sempat disiratkannya, masyarakat saat ini kembali terjajah dunia kebudayaan. Generasi muda makin asing dengan khazanah nilai-nilai dan produk-produk kearifan lokal.

Ada yang salah, tandasnya, dengan kebijakan negara jika abai terhadap pelestarian budaya. Tanpa sadar terjajah kepentingan ekonomi, transformasi, dan lainnya. Menjalankan pembangunan tak memerhatikan kajian lingkungan strategis (KLS), sehingga akhirnya merugikan nilai-nilai budaya, mengabaikan manfaat bagi lingkungannya.

Ragam pertunjukan
Kegiatan Gelar Budaya Unper 2025, terkonsentrasi di satu titik panggung utama di halaman kampus. Lainnya, terutama untuk yang bersifat ajang-ajang kompetisi atau perlombaan di ruang-ruang yang telah dipersiapkan, masih di sekitar kampus.

Peserta kegiatan melibatkan kalangan masyarakat seni di kabupaten dan Kota Tasikmalaya, pelajar PAUD dan SMA/SMK, serta tentunya mahasiswa Unper. Mengawali acara di panggung utama ada sesi, Ngobrol Budaya, mengupas tema Malati Lingsir Ku Wanci, Campaka Lihat Ku Mangsa. Pematerinya Diky Chandra dengan Dr Agus Ahmad Wakih, dosen FKIP Unper.

Di antara pertunjukan lainnya, ada Angklung Sered Balandongan, pertunjukan Bajidoran, penampilan Talent Nasional. Untuk lomba-lomba, ada Festival seni Ibing Pencak Silat Tatar Perjuangan, FLS3N siswa SMA-SMK, MTQ, pentas seni dan penampilan tari.

Bagi jenjang usia PAUD, ada Festival Mewarnai, Festival Qasidah. Dari kesemua pertunjukan dan lomba-lomba, penilaian orientasi karakter yang dibangun meliputi, tanggung jawab, disiplin, komunikatif. Lainnya ke aspek, kerja keras, menghargai prestasi, religius, cinta Tanah Air. gus
 

0 Komentar