Kampus Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas), pada Rabu lalu, dipadati warga. Sedari pagi mereka
berdatangan. Tampak juga kalangan undangan, sejak petinggi persyarikatan
Muhamadiyah pusat, pejabat pemprov, pemkot, Lembaga Layanan Pendidikan Wil.IV
Jabar-Banten, unsur PDM Kota Tasik, dll.
Suasana itu mengiringi
berlangsungnya wisuda lulusan Umtas TA 2017-2018. Keluarga wisadawan menghadiri
acara selain kalangan undangan di atas. Kali ini, kampus berlokasi di wilayah
Kec.Tamansari, Kota Tasikmalaya, itu mewisuda lulusan 235 orang, terdiri
jenjang S1 Ilmu Keperawatan, Profesi Ners, D3 Keerawatan, D3 Kebidanan.
Saat memberi
sambutan di awal, Rektor Umtas Dr Ahmad Qonit AD MA mengemukakan, momentum
wisuda sebagai salah satu saat yang paling ditunggu para mahasiswa dan juga
orangtua. Segala jerih payah, pengorbanan, serta do’a-do’a yang dipanjatkan
selama ini, membuahkan suatu hasil yang menggembirakan.
Yang dimaksudnya hal menggemberikan yakni, diraihnya
predikat kesarjanaan, yang akan mengantarkan para mahasiswa pada kesuksesan-kesuksesan
yang menyertai di kemudian hari. Rektor juga menyampaikan ucapan selamat secara
khusus kepada para lulusan dan orangtua mereka.
Yang dipesankan rektor berikutnya, pandai-pandailah mencari
celah peluang untuk dapat berbagi, berkontribusi, dalam memberi solusi terhadap
masalah yang ada di masyarakat.
“Itulah jalan masuk saudara menjadi bagian solusi di masyarakat.
Fokuslah di situ insya Allah segala pengalaman, ilmu, dan keterampilan yang
telah saudara terima di kampus ini akan barokah,
tumbuh berkembang dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat,” sambungnya.
Diharap mendongkrak rata-rata lama sekolah
Pada kesempatan sama, wali kota
Tasikmalaya yang diwakili seorang staf ahlinya di Setda, Undang Hendiana, di
awal sambutan menyatakan apresiasi untuk kinerja kampus telah menghasilkan
insan-insan terdidik. Ini sebagai kontribusi bagi pembangunan negeri. Khususnya
bagi Kota Tasikmalaya.
Yang diharapkannya kemudian, kampus
tak hanya menghasilkan insan-insan cerdas tapi juga berkarakter atau berakhlak
mulia. Kondisi di Kota Tasikmalaya terdata bahwa rata-rata lama sekolah sampai
tahun 2017 dalam capaian 9,1 tahun. Artinya lama pendidikan warga Kota
Tasikmalaya, baru mencapai jenjang SMP, meskipun secara individu telah banyak
yang meraih jenjang sarjana bahkan magister dan doktor
“Karena itu, lahirnya
sarjana-sarjana baru, diharapkan turut mendongkrak rata-rata lama sekolah di
Tasikmalaya, dan tentunya mampu meningkatkan sumber daya manusia,” ujarnya.
Baca dan ikuti perkembangan zaman
Pada gilirangan pengarahan Drs
Zamah Sari MAg, dari Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP
Muhammadiyah, mendorong pengelola kampus untuk melahirkan lulusan yang tidak
hanya jadi kebanggaan sivitas Umtas, tapi juga bagi persyarikatan Muhammadiyah,
jadi kebanggan warga Tasikmalaya, Jawa Barat, bahkan kebanggan bangsa
Indonesia.
Penegasan Zamah berikutnya,
menekankan pentingnya kelembagaan membaca dan mengikuti perkembangan zaman. Di
soal ini, paparan Zamah terdengar senada dengan pemberi sambutan berikutnya
yakni, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Wil.IV Jabar-Banten, Ir Darnita Chandra
MSi.
Menurut mereka, akhir-akhir
ini laju dunia industri halnya, telah bergeser, dan populer dengan munculnya
revolusi industri 4.0. Kemajuan teknologi industri dipengaruhi kepesatan
teknologi digitalisasi, sehingga teknologi ini memengaruhi tatanannya dalam
penempatan sistem komputerisasi, otomatisasi, digitalisasi. Efeknya
meminggirkan ruang pekerjaan biasa/manual di kisaran 35%.
Garapan-garapan orang tergantikan
perangkat baru. Era digital ini sekarang mengalami transpormasi berbasis sistem
online. Setidaknya, seperti masyarakat
diakrabkan layanan kemudahan dunia transportasi lewat hadirnya Gojek, Gokar, perdagangan
makanan, dll. Karena itu mesti ada reorientasi baru di dunia pendidikan.
Reorientasi dimulai sejak kurikulum dengan literasi-literasi baru, literasi
teknologi, mahasiswa, data.
Tak sekadar membekali selembar ijazah
Tuntutannya kini digambarkan
mereka, sudah harus membawa pola pikir bersama yang maju. Dunia pendidikan,
peserta akademik, jangan lagi hanya berorientasi meraih IP tinggi. Tapi
bagaimana kompetensinya mampu hadir, turut menyelesaikan dengan solusi atas persoalan-persoalan
yang timbul, lulusan yang mampu bergaul.
Dalam kebutuhan itu, kampus perlu menyiapkan ruang
keterampilan-keterampilan peserta akademik. Kemudian, menggelorakan belajar
sepanjang muda. Hingga pada giliran orientasi akademik tak sekadar membekali
lulusan selembar ijazah. Namun, bervisi melahirkan lulusan tangguh pada aspek
mental dan kinerja. Di aspek mental, ia memiliki kejujuran. Di aspek kinerja ia
berdisiplin tinggi. gus
0 Komentar