Dok.Gedung DPRD Kota Tasikmalaya, Jl RE Martadinata Kota Tasikmalaya |
Hal tersebut persisnya dikemukakan Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, H Aslim SH. Di awal ia mengaku sempat cukup optimis dengan upaya yang dilancarkan pemkot Tasikmalaya. Halnya melalui program One ASN One Stunting, pemberian makanan tambahan dan lainnya.
Rupanya dari pengamatannya, masih diperlukan langkah lain. Menyentuh anggota keluarga yang terkena sampai pihak potensial lainnya, anggaran disediakan, di soal penananganan stunting perlu juga model edukasi masyarakat. Informasi berkutat stunting harus tersampaikan secara utuh pada masyarakat.
Aslim mengingatkan Pj Wali Kota beserta jajaran tak terlena dengan program yang sudah digagas. Sebab, belum mampu mengatasi masalah stunting, bahkan sebaliknya, stunting malah jadi naik. Ia menyarankan program yang sudah digulirkan saat ini di kaji ulang.
"Saya kira, untuk saat ini penting mengedukasi masyarakat. Kegiatan edukasi kan tidak melulu erat dengan anggaran. Pendekatannya bisa melalui tokoh masyarakat, ketua RT-RW, para ulama, bahkan setiap individu dari kita juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat," ulasnya di satu kesempatan usai gelar jumpa pers, di kantor DPC Gerindra Kota Tasikmalaya, Selasa (14/5).
Aslim juga melukiskan, penanganan stunting bukan hanya pada saat bayi sudah lahir, namun sebelum pasangan atau calon orang tua menikah juga sudah harus dilakukan intervensi agar kelak saat berketurunan anaknya tidak terlahir sebagai bayi stunting.
Berdasar data hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) dilaporkan terdapat kenaikan 5% angka penderita stunting di Kota Tasikmalaya pada saat ini. Dari semula 22% menjadi 27%. Dalam pelaporan berbeda, berdasar PPGM pun prevalensinya bertambah. Sebelumnya mencatat 10,75% sekarang menjadi 12%. gus
Rupanya dari pengamatannya, masih diperlukan langkah lain. Menyentuh anggota keluarga yang terkena sampai pihak potensial lainnya, anggaran disediakan, di soal penananganan stunting perlu juga model edukasi masyarakat. Informasi berkutat stunting harus tersampaikan secara utuh pada masyarakat.
Aslim mengingatkan Pj Wali Kota beserta jajaran tak terlena dengan program yang sudah digagas. Sebab, belum mampu mengatasi masalah stunting, bahkan sebaliknya, stunting malah jadi naik. Ia menyarankan program yang sudah digulirkan saat ini di kaji ulang.
"Saya kira, untuk saat ini penting mengedukasi masyarakat. Kegiatan edukasi kan tidak melulu erat dengan anggaran. Pendekatannya bisa melalui tokoh masyarakat, ketua RT-RW, para ulama, bahkan setiap individu dari kita juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat," ulasnya di satu kesempatan usai gelar jumpa pers, di kantor DPC Gerindra Kota Tasikmalaya, Selasa (14/5).
Aslim juga melukiskan, penanganan stunting bukan hanya pada saat bayi sudah lahir, namun sebelum pasangan atau calon orang tua menikah juga sudah harus dilakukan intervensi agar kelak saat berketurunan anaknya tidak terlahir sebagai bayi stunting.
Berdasar data hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) dilaporkan terdapat kenaikan 5% angka penderita stunting di Kota Tasikmalaya pada saat ini. Dari semula 22% menjadi 27%. Dalam pelaporan berbeda, berdasar PPGM pun prevalensinya bertambah. Sebelumnya mencatat 10,75% sekarang menjadi 12%. gus
0 Komentar