Hj Yuyus Sarankan Upaya Tangani Stunting Lebih Progresif

Kepala Perwakilan BKKBN Wahidin (kedua dari kiri), Hj Yuyus, dan pemateri lain dalam kegiatan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting melalui Peran Media Massa BKKBN Jabar, di lokasi Kampung KB Perceka, Kamis lalu.
Tasikplus, 10 Desember 2022                                                                                                Menekan turunnya angka prevalensi stunting, menggaung belakangan ini, dilakukan pemerintah. Mengejar obsesi Jabar Zero Stunting, BKKBN Perwakilan Jabar melancarkan berbagai ikhtiar. Hingga satu model kolaborasi kampanye di antaranya dengan anggota legislatif dan Pentahelix.


Seorang tokoh masyarakat, Ketua Kampung KB (Keluarga Berkualitas) Perceka, di Kec.Tarogong, Kab.Garut, Hj Yuyus, mempersepsikan opsi penanganan kampanye cegah stunting perlu lebih progresif dari yang ada sekarang. Lebih banyak fase atau berkembang terhadap sasaran. Tak hanya fokus menjadikan objek ibu hamil.

Pernyataan itu ia sitir di kegiatan BKKBN Jabar, bertajuk Kampanye Percepatan Penurunan Stunting melalui Peran Media Massa, di lokasi Kampung KB Perceka, Desa Tarogong Kidul, Kec.Tarogong, Garut, Kamis (8/12). Turut hadir beberapa perwakilan warga, perangkat desa, unsur muspika, serta perwakilan pejabat pemkab Garut, pada kegiatan yang dihadiri puluhan wartawan se-Jabar itu.

Pernyataan Hj Yuyus, berkenaan penekanan cegah stunting yang ia pahami, benang merahnya harus ada inovasi-inovasi promosi yang memengaruhi mindset, membangun pergeseran mindset di masyarakat. Terdapat hal-hal yang mesti jadi perhatian melebar ketimbang fokus tekannya kepada objek ibu dan anaknya.

“Yang menjadi sasaran enggak ke ibu hamil sama anak saja. Ada hal bersifat lebih universal bersamanya,” sebut ketua Kampung KB berkualifikasi akademik doktor itu, keluarga Pondok Pesantren Syifaus Shudur Targong, saat turut menjadi narasumber pada kegiatan kampanye percepatan penurunan stunting, berpeserta wartawan terhimpun dalam IPKB (Ikatan Penulis Keluarga Berencana) Jabar.

Yang disorotinya misal, penguatan atau optimalisasi efektivitas 8 Fungsi Keluarga yang populer di kegiatan BKKBN, kemudian bagaimana perempuan tak sering humble dari suaminya. Jangan sampai mendapat banyak tekanan verbal. Aspek ekonomi warga sasaran cegah stunting tak kalah penting mesti jadi perhatian, ini berkenaan dengan kebutuhan pangan, gizi, hingga pendidikan.

Lainnya, absen dia, soal lingkungan bersih, penanganan sampah yang terkelola baik, solutif, seperti dilakukan pihaknya bersama jajaran di Kampung KB Perceka. Sosialisasi lebih intens konsisten, untuk menyamakan pola pikir masyarakat tentang stunting. Pemberdayaan para kader lebih kentara. Sosialisasi inovatif kampanye cegah nikah usia dini.

Hj Yuyus memberi masukan itu sebagaimana pihaknya perlahan lancarkan. Sempat ia akui, di awal gagas kegiatan dorong lingkungan bersih, keluarga sehat, bantu entaskan stunting, kurang mendapat lirikan perangkat pemerintah setempat. Tapi belakangan perhatian ia rasakan mulai berdatangan secara institusional di lingkup pemerintah daerahnya.

Terdengar menarik debut-debut gagasan Hj Yuyus menggerakkan pengurus Kampung KB sampai pada kalangan masyarakat. Terdengar ia mengimplementasikan Inpres No 3/2022, tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung KB. Inpres ini mendorong peningkatan SDM melalui keluarga berkualitas secara inovatif.

Beberapa program yang sudah berjalan di Kampung KB Perceka, ada pengelolaan bank sampah warga memberdayakan kegiatan kelompok wanita tani (KWT). Program Raciku (remaja cinta buku), Kebab (kelompok baca buku), Rem Pakem (remaja peduli anak untuk kampanye cegah stunting), Pesan Ummi (pesan santuy tidak menikah di usia dini).

Nama Perceka, ungkapnya, kependekan dari spirit percaya diri, cekatan. Salah satu spot di lingkungan Kampung KB Perceka, tak kalah pandang mata tertuju pada hijau kebun di sekitar Pesantren Syifaus Sudur, pengelolaan kampung KB ini, dengan planter bag penanaman kangkung yang melebar sampai rumah-rumah warga atau lingkungan. Ada lagi kegiatan Udik Damber (budidaya ikan dalam ember) jenis lele yang di atasnya ditanami kangkung. Kampung KB ini hadir sejak tahun 2020.

Bukan sebatas panjang-tinggi
Di awal sesi beri paparan, Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Drs Wahidin MSi mengatakan, persoalan stunting (kerdil) bukan sebatas panjang atau tinggi badan anak. Patut menjadi perhatian kawal anak bebas stunting pada masa 1.000 hari kelahiran. Indikasi bayi stunting bertinggi badan akan di bawah 48 cm, beratnya akan di bawah 2,5 kg.

Yang jadi persoalan berikutnya, sambung Wahidin, kalau masalah tinggi badan paling risikonya dia tidak bisa masuk tentara, problem besar anak stunting adalah di perkembangan otaknya, dia lemot (berkecerdasan rendah). Efek generasi yang lemot tak laku di pasaran kerja, rendah kreativitasnya. Yang lemot menikah akan punya keturunan lemot. Jadi problem di masa muda, risiko terkena stunting berlanjut terhadap kesehatan, memasuki usia 40 tahunan, dia akan sakit-sakitan. Berpenyakit diabet, jantung. Padahal itu sedang masa produktif.

Kalau sekarang banyak bayi stunting, di 2045 akan banyak remaja yang lemot. “Di Jawa Barat, saat ini penduduk terkena stunting 24,5%. Akan terus kita dorong turun menjadi 14% di 2024. Diharapkan itu sejalan target Indonesia Zero Stunting tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun Indonesia,” paparnya.gus
 

0 Komentar